H. TEORIPENUNJANG
1. METAL FINISHING
Setiap benda logam yang dipergunakan sehari-hari memerlukan
proses
penyelesaian akhir sebelum dipakai. Proses penyelesaian ini
disebut sebagai metal
finishing, karena bagian yang diproses adalah permukaan logam, proses
metal
finishing ini dapat disebut juga sebagai surface
finishing.
Definisi dari surface finishing adalah setiap proses
akhir yang ditujukan
pada permukaan logam untuk memberikan sifat baru yang tidak
dimiliki oleh
logam tersebut dalam kondisi asalnya. Logam dapat diproses
(potong, cor, bor,
las, dan sebagainya), untuk memberinya suatu bentuk yang
sesuai dengan
fungsinya. Namun proses-proses tersebut bukanlah yang
disebut dengan surface
finishing. Proses-proses tersebut memberikan bentuk namun tidak
memberikan
sifat permukaan yang sesuai dengan fungsinya.
Metal finishing mempunyai banyak cara dalam prosesnya, mulai dari
memoles permukaan, mencat, hingga membungkusnya dengan logam
lain.
Beberapa benda logam ada yang tidak memerlukan surface
finishing, seperti
paku, mur, baut, kabel dan benda-benda logam yang dalam
penggunaannya tidak
perlu terlihat bagus. Walaupun tidak dibutuhkan, beberapa
dari benda-benda
tersebut ada juga yang melalui proses surface finishing bila
diperlukan.
Besi baja adalah sebuah logam yang murah dan digunakan
secara luas
untuk berbagai macam aplikasi, namun besi dan baja tidak
tahan terhadap karat,
sehingga diperlukan pelapisan permukaan untuk melindungi
besi dari kondisi
lingkungan yang sifatnya korosif. Pelapisan permukaan dapat
dilakukan dengan
berbagai cara, seperti pengecatan, enamel, atau
elektroplating. Maka dari itu, pada
umumnya fungsi utama industri metal finishing adalah
melindungi benda-benda
logam dari karat.
Pada beberapa kasus, logam harus dipisahkan dari
lingkungannya
walaupun logam lingkungannya tidak korosif, tetapi mungkin
diakibatkan oleh
sifat logam itu sendiri yang memungkinkan menimbulkan
pencemaran terhadap
lingkungan dimana logam tersebut dipergunakan. Sebagai
contoh, kotak obat
yang terbuat dari besi dilapisi dengan nikel, atau platinum,
karena besi dapat
mempengaruhi obat-obatan yang ditampungnya. Kaleng atau tin
can adalah
contoh lain, semua kaleng makanan yang terbuat dari besi
dilapisi dengan timah
karena besi yang berkarat dapat merusak makanan yang di
dalam kaleng.
Alasan lain adalah untuk memperindah panampilannya dengan
kata lain
fungsi dekoratif. Sebagai contohnya, bumper atau gnll untuk
mobil (Rolls Royce)
sengaja dikrom untuk memberikan kesan eksklusif.
Barang-barang lain yang
dilapisi permukaannya untuk fungsi dekoratif-protektif,
contohnya tongkat golf,
tongkat baseball, dan alat-alat olahraga lain, alat-alat
pertukangan, seperti obeng,
tang, palu, dan sebagainya.
Beberapa logam lain yang dilapisi dengan tujuan murni
dekoratif
contohnya seperti pelapisan emas untuk perhiasan imitasi,
yang mana tidak
mempunyai fungsi protektif sama sekali.
Kegunaan lain dari surface finishing adalah untuk
mengubah sifat logam
dasarnya. Tembaga merupakan penghantar yang baik, untuk
panas dan listrik,
namun tembaga sangat mudah tertutupi oleh lapisan minyak
yang dapat
mengakibatkan kesulitan dalam penyolderan dan menyebabkan
resistansi tinggi
pada kontak relay atau saklar. Untuk mengatasi ini, maka
kaki komponen dilapisi
dengan timah untuk mempermudah penyolderan, dan emas untuk
mengurangi
resistansi. Masih banyak manipulasi permukaan lain seperti
penggunaan perak
untuk peralatan radio, penggunaan rhodium untuk menambah
kilau logam,
penggunaan krom dan nikel untuk mengeraskan permukaan, dan
lain sebagainya.
Untuk membuat penghantar yang seluruhnya terbuat dari emas,
akan
memakan biaya besar, akibatnya sulit terjangkau oleh
konsumen. Untuk
memproduksi kaleng makanan yang seluruhnya terbuat dari
timah akan
menyebabkan kaleng makanan tidak tahan benturan, karena
sifat timah yang
kurang keras. Akan sulit mendapatkan nikel sejumlah bumper
Rolls Royce yang
beredar. Kromium dalam bentuk bakunya sangat sulit dibentuk
menjadi benda
yang dibutuhkan.
Disinilah metal fmishing berguna, yaitu untuk
mengkombinasikan
kekuatan logam dengan sifat permukaan yang tidak
dimilikinya. Metal finishing
memungkinkan produksi benda-benda logam besar dari bahan
logam yang murah
dan mudah dibentuk untuk kemudian dilapisi dengan logam yang
mahal, namun
mendapatkan hasil yang sama dibanding dengan membuat logam
tersebut
seluruhnya dari logam yang mahal.
2. LATAR BELAKANG KEILMUAN
Elektrokimia {Electrochemistry) dapat didefinisikan
sebagai ilmu sains
yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan konversi
energi secara kimia
dan elektris. Dalam hal ini mungkin saja penggunaan listrik
untuk menghasilkan
reaksi kimia, atau penggunaan reaksi kimia untuk
menghasilkan listrik.
Elektrokimia merupakan salah satu cabang sains kimia dan
teknologi yang sangat
penting. Ilmuwan sejak jaman Faraday (1791-1867) telah
tertarik dengan larutan
elektrolit, sifat korosif yang ditimbulkannya, serta
proses-proses lain yang
berhubungan dengan perpindahan elektron dari satu substansi
ke substansi lain.
Electrorefining adalah pemurnian logam
menggunakan larutan elektrolit
dan arus listrik. Misalkan, pada proses pemurnian tembaga
digunakan logam
tembaga tidak murni sebagai anoda dan kuprisulfat sebagai
larutan garamnya.
Saat dialirkan arus dari anoda ke katoda, partikel tembaga
pada anoda larut ke
dalam larutan meninggalkan logam tidak murni dan menempel
pada katoda
berupa tembaga murni. Proses ini berlangsung lama hingga
kandungan tembaga
pada anoda habis dan terbentuk logam tembaga murni pada
katoda.
Electroforming adalah suatu proses membentuk material yang terbuat dari
logam yang dikandung larutan berdasarkan cetakan bentuk dari
katoda.
Electroforming digunakan untuk membuat benda-benda yang
tipis namun
memiliki tekstur tidak rata.
Untuk memeriksa kandungan logam dalam suatu larutan plating
digunakan uji laboratorium dengan cara melakukan elektroplating
dengan larutan
9
tersebut hingga logam yang digunakan untuk pelapis habis.
Hasil dari
elektroplating ini akan ditimbang beratnya, dan dihitung
pertambahannya sebelum
di-plating. Pemeriksaan dengan cara tersebut termasuk salah satu cabang
dari
electroanalysis. Contohnya apabila yang akan diuji adalah larutan Kuprisulfat
maka proses elektroplating dilakukan dengan anoda inert (tidak
larut dalam
larutan, seperti platinum) dan katoda Iogam selain tembaga
(besi, kuningan,
alumunium). Katoda yang selesai di-plating nantinya
ditimbang dan dikurangkan
dengan berat mula-mula katodanya. Dengan demikian akan
diketahui kandungan
tembaga dalam larutan kuprisulfat.
Electrowinning adalah proses untuk mendapatkan kembali logam yang
telah larut dalam larutan, dalam bentuk padat. Anoda yang
digunakan harus dalam
bentuk yang tidak larut (inert). Larutan yang akan
diambil logamnya dielektrolisis
sehingga pelarut (biasanya air) akan terdekomposisi dan
dilepas dalam bentuk
oksigen (semacam menguap) sehingga yang tersisa dalam
larutan adalah logam.
Operasi ini biasa digunakan untuk mendapatkan seng dari
bentuk batuan alamnya.
Cabang dari elektrokimia yang paling penting adalah theoretical
electrochemistry namun demikian adalah yang paling sedikit dipahami. Pada
cabang ini ilmuwan mempelajari mekanisme - kinetik dan
termodinamik - dari
fenomena perpindahan ion dan perumusan matematis dari hukum
konduksi
elektrolit, serta reaksi-reaksi pada anoda dan katoda.
10
3. TEORIELEKTROPLATING
3.1. Konsep Elektroplating
Konsep elektroplating adalah reaksi kimia yang dihasilkan
oleh arus
listrik. Tenninal yang memberikan arus dalam larutan disebut
dengan
elektroda. Elektroda yang mengalami proses kimia reduksi
adalah katoda,
sedangkan yang mengalami proses kimia oksidasi adalah anoda.
Pada kedua
elektroda terjadi proses perpindahan ion, dari katoda ke
anoda bermuatan
negatif disebut dengan anion, sedangkan dari anoda ke katoda
bermuatan
positif disebut dengan kation. Larutan tempat terjadinya
proses ini disebut
dengan elektrolit.
Konduksi dapat terjadi melalui dua cara, yaitu elektronik
dan
elektrolitik. Konduksi yang terjadi secara elektronik, tidak
disertai baik
dengan reaksi kimia maupun perpindahan material. Sedangkan
pada
konduksi secara elektrolitik disertai dengan perpindahan
material dan reaksi
kimia pada kedua elektroda.
3.2 Hubungan Dengan Kelistrikan
Elektroplating meletakkan dasar analitis diatas hukum
Faraday yang
dicetuskan oleh Michael Faraday pada tahun 1833. Hukum
tersebut
menyatakan bahwa:
1. Jumlah perubahan kimia akibat arus listrik sebanding
dengan jumlah
arus yang lewat.
11
2. Jumlah substansi berbeda yang dibebaskan oleh sejumlah
arus listrik
sebanding dengan berat kimia ekuivalennya.
Berat kimia ekuivalen dari suatu meterial adalah berat atom
suatu
material dibagi dengan perubahan valensi yang terjadi pada
proses
elektrolisis. Jadi walaupun suatu logam hanya memiliki satu
berat atom,
namun logam tersebut dapat memiliki berat ekuivalen lebih
dari satu. Bila
besi sebagai elektroda menggunakan Fe3+
-> Fe° maka perubahan
valensinya adalah 3, sehingga berat ekuivalennya adalah
55,85 (berat atom
Fe)dibagi 3, yaitu 18,617.
Satu Coulomb didefinisikan dengan arus l ampere yang
mengalir
selama 1 detik (1 As) atau sama dengan jumlah arus yang
dibutuhkan untuk
melapiskan 0,001118 gram perak. Untuk melapiskan 1 gram
perak
dibutuhkan 107,868/0.001118 = 96483 C, dibulatkan menjadi
96500 C. Jadi
persamaan yang didapat melalui hukum Faraday adalah :
g = Iet/96500
(2.1)
dimana g menyatakan berat substansi yang bereaksi, I adalah
arus
dalam ampere, e menyatakan berat ekuivalen, dan t adalah
waktu dalam
detik.
Bila tegangan sel diketahui, maka kita bisa menghitung
energi yang
dibutuhkan, dengan persamaan:
W = VI t
(2.2)
dimana W adalah energi dalam Joule, V menyatakan tegangan
dalam
volts, I menyatakan arus dalam ampere, dan t adalah waktu
dalam detik.
12
3.3. EfisiensiArus
Faraday menyatakan bahwa banyak perubahan kimia yang terjadi
dalam elektroda sebanding dengan jumlah arus yang lewat.
Maka efisiensi
arus adalah perbandingan antara perubahan kimia yang
diinginkan dengan
perubahan kimia yang terjadi. Efisiensi arus dinyatakan
dengan persamaan:
CE = 100xAct/Theo
(2.3)
dimana CE adalah efisiensi arus dalam persentase, Act adalah
perubahan kimia yang terjadi (diperoleh dari percobaan), dan
Theo adalah
perubahan kimia yang diinginkan (melalui perhitungan secara
teoritis).
Efisiensi anoda didapat bila yang dikalkulasi adalah berat
logam
pada anoda, dan efisiensi katoda adalah bila yang
dikalkulasi adalah berat
logam pada katoda.
3.4. Densitas Arus
Pada elektroplating bukan berat dari logam yang dilapiskan
yang
menjadi perhatian namun tebalnyalah yang lebih
dipermasalahkan. Untuk
memperoleh hasil pelapisan yang merata diseluruh permukaan
benda, maka
diperlukan sejumlah arus yang sebanding luas permukaan yang
dilapisi.
Densitas arus merupakan variabel penting dari elektroplating
yang
menentukan karakter lapisan, distribusinya, efisiensi arus,
dan sebagainya.
Densitas arus dinyatakan dalam ampere per satuan luas (A/m2, A/dm2,
A/cm2).
13
3.5. Distribusi Arus
Untuk memperoleh hasil lapisan yang merata dibutuhkan
distribusi
arus yang merata pula. Arus umumnya mengalami perbedaan
distribusi pada
bagian tengah logam dibanding dengan bagian ujung logam yang
di-plating.
Arus lebih terkonsentrasi pada ujung logam sehingga oleh
karena ketidak
merataan distribusi arus akan mengakibatkan lapisan yang
tidak sama
tebalnya, bahkan mengakibatkan pembentukan hidrogen dan
terjadinya
bintik serta kerak pada bagian logam yang konsentrasi
arusnya tinggi.
Dalam mengatur distribusi arus ada dua cara yang digunakan,
yaitu
melalui larutan dan peletakan elektroda. Kedua cara tersebut
relatif sulit.
Pengaturan letak elektroda berhubungan dengan desain bak plating,
sehingga untuk usaha plating sederhana sulit
diwujudkan. Pengaturan letak
elektroda juga memperhitungkan bentuk logam yang di-plating
sehingga
bakplating dibuat secara khusus untuk aplikasi plating
tertentu saja.
Sedangkan pengaturan larutan dilakukan untuk mendapatkan
throwing power yang bagus. Throwing power didefinisikan sebagai
kemampuan larutan untuk melapisi bagian logam yang sulit dan
bentuknya
tidak merata. Juga diharapkan larutan mempunyai resistivitas
rendah agar
aras mengalir tidak hanya ke bagian logam didepan elektroda,
tetapi juga
pada bagian belakang logam yang dilapisi.
14
4. DASARELEKTROPLATING
Elektroplating didefinisikan sebagai elektrodeposisi dari
sebuah lapisan
logam adheren diatas suatu elektroda dengan tujuan memberikan
sifat atau
dimensi tertentu yang berbeda terhadap permukaan logam
asalnya. Untuk
melakukan proses elektroplating dibutuhkan empat komponen,
yaitu :
1. Rangkaian eksternal, terdiri atas : sebuah sumber arus
DC, medium penyalur
arus ke bak plating, instrumentasi lain seperti
ammeter, voltmeter, dan
regulator arus atau tegangan.
2. Elektroda negatif atau katoda (yang merupakan bahan yang
akan dilapisi), dan
media untuk menempatkan elektroda dalam bakplating.
3. Larutan plating, umumnya berbentuk cairan.
4. Elektroda positif atau anoda (yang merupakan logam yang
dilapiskan), dapat
juga berupa logam yang inert dan tidak larut
4.1. Kegunaan Plating
Seperti yang telah disebutkan di atas, ada empat tujuan
utama
mengapa logam dilapis dengan proses elektroplating, yaitu
penampilan,
perlindungan, sifat khusus, sifat mekanis. Keempat kegunaan
ini kadang
sulit dipisahkan satu sama lain, umumnya untuk satu proses
elektroplating
memiliki dua atau lebih dari keempat fungsi tersebut.
4.1.1. Dekoratif. Banyak logam tidak menarik untuk dilihat,
karena
memiliki sifat mudah teroksidasi, berminyak, atau berkarat.
Contohnya
seperti sea^, cten besi, yang nrerupakan logam paling murak
yang tersedia
baaydk di pasaran Lapisarf tipiS krotft akan
rrrerttpercantik penampilan
sekaligus menambah nilai jual dari b£si dail seng. Krom
dapat di-plating
dengan proses 'bright plating1 dan terlihat mengkilat (bila
dilakukan dengan
benar dapat bertahan hingga bertahun-tahun). 01 eh sebab ini
maka krom
plating menjadi plating paling banyak digunakan selama ini
untuk tujuan
dekoratif. Namun karena krom plating sendiri sangat
tipis (untuk membuat
lapisan kromium dengan ketebalan tertentu sangat sulit,
terutama karena
kesulitan dalam pengukuran ketebalan) maka digunakan
kombinasi
tembaga-nikel atau nikel saja sebagai undercoat (lapisan
bawah) kromium,
sehingga hasilplating dapat bertahan lebih lama.
Logam lain yang digunakan untuk dekoratif plating antara
lain emas,
perak, tembaga, perunggu, kuningan, dan rhodium.
4.1.2. Protektif. Fungsi platmg untuk lapisan
pelindung seringkali
dihubungkan dengan fungsi plating untuk dekoratif.
Kombinasi tembaga-
nikel-kromium yang digunakan untuk bumper mobil, contohnya,
mempunyai dua fungsi, yaitu melindungi dari karat dan
mempercantik
penampilan mobil. Khusus untuk fungsi proteksi, seng adalah
logam yang
paling ekonomis dan efektif yang paling banyak digunakan.
Walaupun seng
dapat dikilapkan, namun tidak akan bertahan lama, akibatnya
seng jarang
digunakan untuk fungsi dekoratif. Kadmium lebih mahal dari
seng, namun
memiliki sifat jauh lebih unggul daripada seng, kadmium
lebih tahan korosi
16
terutama bila digunakan pada lingkungan yang lembab atau di
laut. Tin
(timah) berfungsi untuk melindungi besi terutama pada kaleng
makanan.
Sebenarnya kombinasi fungsi timah dan besi adalah saling
melengkapi,
dimana besi menguatkan sifat timah yang mudah penyok, dan
timah
melindungi besi dari karat, sekaligus melindungi makanan
dari besi. Kaleng
makanan merupakan penerapan proses elektroplating dalam
jumlah besar
yang paling banyak digunakan oleh industri.
4.1.3. Sifatkhusus. Ada beberapa benda yang diperlukan untuk
suatu
tujuan tetapi logam pembuatnya tidak memiliki sifat yang
sesuai dan
menunjang fungsinya, sehingga perlu dilakukan plating pada
logam dasar
tersebut untuk memberinya sifat yang sesuai dengan
kebutuhan. Beberapa
contohnya antara lain:
- Timah
dilapiskan pada kaki komponen elektronik untuk
mempermudah solder melekat padanya. Kaki komponen terbuat
dari tembaga, namun tembaga saja tidak cukup cepat dilekati
timah solder karena sangat sulit menjaga tembaga dari
lapisan
film yang ditimbulkannya akibat interaksi dengan lingkungan.
Lapisan minyak ini akan mempersulit pelekatan timah solder
pada kaki komponen.
- Untuk fungsi reflektor (pada senter, atau lampu otomotif),
logam
dilapisi dengan logam perak atau rhodium yang memiliki daya
refleksi tinggi.
17
- Untuk fungsi relay dan switch yang bekerja
dengan kontak putus
- sambung, diperlukan tahanan yang sangat kecil pada kontak.
Logam emas dan palladium dilapiskan pada kontak untuk
memperkuat fisik kontak dan memperkecil tahanan kontak.
4.1.4. Sifat mekanik. Kategori ini dapat digolongkan pada
pemberian
sifat khusus pada logam dasar. Kategori ini dipisah dengan
pertimbangan
bahwa untuk penggunaan mekanik, sebuah logam perlu dilapisi
lebih tebal
dibanding dengan tiga kategori sebelumnya, seringkali hingga
orde
milimeter ( tiga kategori sebelumnya hanya hingga orde
mikrometer ).
Umumnya sifat flsik yang diinginkan dalam kategori ini
adalah kekuatan
dan ketahanan. Terkadang plating digunakan untuk
merekonstruksi ulang
bentuk dari logam yang telah rusak baik akibat penggunaan
maupun salah
produksi.
Kromium dengan ketebalan jauh di atas ketebalan untuk fungsi
dekoratif, digunakan untuk melapisi laras senapan, membentuk
gilingan
yang digunakan dalam mesin pembuat kertas, silinder mesin
diesel, dan
banyak benda-benda lain yang membutuhkan kekerasan bahan.
Klaker
untuk roda pintu besi harmonika, roda kendaraan, atau
mencairkan tip-ex
semuanya terendam dalam cairan, yang mana mudah terjadi
korosi,
sehingga dilapisi dengan kromium untuk meningkatkan daya
tahan korosi.
Piston yang terbuat dari campuran logam aluminium di-plating
dengan
timah campuran untuk menghindari terjadinya aluminium oksida
yang dapat
18
menyelep dinding piston saat dijalankan. Perak dan indium
juga digunakan
untuk fungsi serupa.
4.2. Anoda
Anoda dalam elektroplating memiliki dua fungsi, pertama
adalah
untuk menyalurkan kutub positif, dan kedua untuk untuk memperbarui
logam dalam larutan yang terdeposisi pada katoda. Anoda
dapat digunakan
dalam berbagai bentuk (bongkahan logam padat atau
pecahan-pecahan
logam yang kecil), yang dapat bersifat inert maupun
aktif. Masing-masing
memiliki keunggulan dan kekurangan sendiri.
Anoda aktif cenderung bertindak memperbarui larutan dan
meminimumkan penambahan bahan kimia pada larutan. Anoda
aktif ini
pada umumnya lebih mahal daripada logamnya. Kekurangan anoda
aktif
terletak pada sifatnya yang cenderung tidak murni, sehingga
dapat
mengakibatkan endapan dalam larutan (mengganggu proses plating).
Selain
itu anoda aktif harus dikontrol agar tidak sampai membentuk
lapisan film
pada permukaannya yang dapat mempengaruhi keaktifannya.
Ada banyak keuntungan dari anoda inert, diantaranya
tidak adanya
endapan yang ditimbulkan, tidak memerlukan pengontrolan, dan
tidak akan
berubah baik ukuran maupun bentuknya. Sebaliknya, pada
proses yang
menggunakan anoda inert, Iogam dalam larutan harus
diperbarui dengan
penambahan bahan kimia secara berkala atau diuji melalui
laboratorium.
19
Anoda tunggal pada dasarnya tidak dapat digunakan
sepenuhnya,
cepat atau lambat akan tersisa bagian dari anoda yang tidak
dapat digunakan
lagi (menjadi semacam ampas) dan harus dikembalikan ke
pabrik
pembuatnya untuk dicairkan dan dibentuk kembali. Anoda
tunggal terasa
lebih berat dan sulit dipindah-pindahkan.
Anoda yang berupa kepingan dapat sepenuhnya dikonsumsi untuk
plating. Anoda ini lebih mudah dipindahkan, merupakan kebalikan dari
anoda tunggal. Namun anoda ini memerlukan pengontrolan yang
lebih
daripada anoda tunggal, karena arus dapat hilang saat
melewati keranjang
tempat anoda kepingan diletakkan (sehingga efisiensi arus
cenderung
rendah).
Nikel dapat membentuk oksida yang walaupun dapat mengalirkan
arus namun memungkinkan adanya oksidasi air dalam larutan
(akan
mengakibatkan pasifitas anoda). Hal ini dicegah dengan
ion-ion klorit pada
larutan Watts standar.
Timah campuran digunakan sebagai anoda dalam kromium plaling
dengan larutan asam kromat. Sifat inert-nya diakibatkan
oleh karena
tingginya oksida film yang dihasilkan dalam larutan asam
kromat. Untuk itu
titanium dipergunakan sebagai keranjang tempat anoda yang
tidak rnert
diletakkan. Tingginya oksida film dalam larutan mengakibatkan
titanium
menjadi inert dan tidak mengganggu proses. Titanium
tidak boleh
dipergunakan pada kromium plating tanpa larutan asam
kromat karena
titanium dapat bereaksi terhadap larutan tertentu.
20
Gambar 2.1
Keranjang Tempat Anoda Kepingan Diletakkan
Oleh karena tidak ada logam yang 100% murni (terbuat hanya
dari
satu bahan saja), maka timbul kesulitan endapan logam
campuran dari
anoda yang digunakan.
J.K.Dennis. Nickel and Chromium Plating. (Butterworth
& Co. Ltd.,
1986). p.46.
21
Logam campuran (terdapat dalam bentuk partikel pada anoda)
lebih cepat
larut dari anoda dan mengendap pada larutan. Akibatnya
partikel ini dapat
menempel pada katoda dan membentuk permukaan kasar, lubang,
dan
bagian yang tidak terlapis. Untuk mengatasi hal ini, anoda
diletakkan pada
suatu tempat yang dapat menampung endapannya sehingga
endapan tidak
sampai keluar dari tempat anoda lalu mengotori larutan.
Namun demikian
larutan plating tetap harus diperbarui secara
berkala. Pada industri plating
umumnya juga digunakan sebuah alat filter yang berfungsi
untuk menyaring
endapan yang berasal dari anoda. Alat filter ini dijalankan
selama proses
plating berlangsung sehingga larutan plating selalu berada
dalam keadaan
bersih dari endapan.
4.3. Suhu
Suhu merupakan variabel yang cukup kritis pada proses
elektroplating umumnya. Untuk memperoleh hasil yang
memuaskan
disarankan untuk menjaga agar range temperatur tidak
lebih maupun kurang
2 °C dari suhu optimum. Pertambahan temperatur meningkatkan
difusi dan
meningkatkan mobilitas ion, sehingga meningkatkan
konduktivitas larutan.
Selain itu juga meningkatkan penguapan dan proses hidrolisis
pada larutan.
Pada beberapa bahan logam, peningkatan temperatur
mempengaruhi
kelarutan bahan tersebut. Karena banyaknya reaksi yang
terjadi maka sulit
22
untuk mengukur temperatur optimum untuk suatu larutan
elektroplating,
kecuali bila dilakukan dengan percobaan secara intensif dan
kuantitatif.
5. LISTRIK DALAM ELEKTROPLATING
Proses elektroplating membutuhkan listrik untuk memberikan
beda
potensial antara kedua elektrodanya. Ada dua jenis arus
listrik yang dikenal, yaitu
arus bolak-balik (Alternating Current, disingkat AC)
dan arus searah (Direct
Current, disingkat DC). Listrik yang dibutuhkan untuk proses
elektroplating
adalah arus searah (DC). Pada elektroplating, arus akan
mengalir dari elektroda
yang memiliki potensial lebih tinggi ke elektroda yang
memiliki potensial lebih
rendah, sehingga satu elektroda akan bertindak sebagai
penyedia elektron dan
yang lain penerima elektron. Listrik untuk proses
elektroplating umumnya
mempunyai beda potensial kecil namun dengan arus yang
tinggi.
Antara aliran arus dan tegangan mempunyai analogi yang sama
dengan
aliran air dengan beda ketinggian. Air akan mengalir bila
terdapat beda
ketinggian, begitu pula arus, mengalir saat terjadi beda
potensial. Air mengalir
melalui suatu medium yang akan menentukan debit air, yaitu
variabel-variabel
semacam lebar diameter pipa, diameter keran, dan tekanan
dalam pipa. Medium
yang dilalui oleh arus sepanjang terdapat beda potensial
merupakan tahanan, yang
menentukan tingginya arus listrik yang mengalir. Terminologi
hubungan antara
arus, beda potensial dan tahanan dinyatakan dalam persamaan
:
I = V / R
(2.4)
23
Dimana I adalah besar arus dinyatakan dalam satuan A
(ampere), V adalah beda
potensial antara kedua elektroda dinyatakan dalam satuan V
(volt), dan R adalah
tahanan yang dilalui oleh arus dinyatakan dalam satuan Q (ohm).
Persamaan di
atas dikenal dengan hukum Ohm.
Terdapat perbedaan yang perlu diperhatikan antara arus yang
mengalir
dengan kuantitas listrik. Kuantitas listrik adalah jumlah
listrik yang dihantar oleh
aras 1 A selama 1 detik, dinyatakan dalam satuan A.s
(ampere-detik) atau C
(coulomb).
Daya listrik mempunyai analogi deras aliran air. Untuk
menghitung daya
listrik, dipergunakan persamaan:
P = V x I
(2.5)
Dimana P adalah daya listrik dinyatakan dalam satuan watts
(W). Panas yang
ditimbulkan oleh arus pada tahanan dapat dinyatakan dengan
persamaan:
P = I2 x
R
(2.6)
Energi listrik adalah energi yang timbul oleh daya listrik
yang dikeluarkan
setiap satuan waktu dan dapat dihitung dengan persamaan :
W = P x t
(2.7)
Dimana W adalah energi listrik yang dinyatakan dalam satuan
joule (J).
Listrik yang didapatkan dari PLN berupa arus bolak-balik,
tidak bisa
langsung digunakan untuk proses elektroplating. Selain itu,
karena proses
elektroplating menggunakan beda potensial yang relatif
kecil, sedangkan listrik
yang didapat dari PLN mempunyai beda potensial 220 V atau
380 V. Untuk
24
menggunakan listrik dari PLN sebagai sumber arus proses
elektroplating tentunya
diperlukan suatu alat yang akan mengatur kebutuhan beda
potensial dan arus yang
akan digunakan.
Singkatnya, dibutuhkan alat yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Mengkonversi arus bolak-balik menjadi arus searah.
2. Menurunkan beda potensial dari PLN.
3. Memperbesar arus dari PLN.
5.1. Penyearah.
Untuk mengkonversi arus bolak-balik menjadi arus searah
dibutuhkan sebuah penyearah (rectifier).
Time-
1 cycle
Gambar 2.2
Arus Bolak-balik
Tlme-
Gambar 2.3
Arus Searah
25
Penyearah adalah suatu alat yang mempunyai sifat melewatkan
aras
ke satu arah tanpa hambatan, tetapi memberikan hambatan
untuk arus ke
arah sebaliknya. Penyearah dibuat dari berbagai macam bahan,
yaitu copper
oxide, copper sulfite, silicon,
germanium, dan selenium. Namun hingga
saat
ini penyearah yang paling banyak di pasaran ialah yang
terbuat dari silikon.
Berikut adalah grafik gelombang output arus AC satu
fasa dengan
penyearah.
Gambar 2.4
Arus AC Dengan Penyearah
Pada grafik di atas, output arus penyearah menjadi DC
namun dapat
dilihat ketidakstabilan anis output. Lembah gelombang
yang tampak pada
grafik di atas disebut sebagai ripple. Untuk proses
elektroplating yang
berskala kecil, output arus AC satu fasa dengan
penyearah sudah cukup
memenuhi kriteria dalam menghasilkan plating yang
memuaskan.
Umumnya untuk proses elektroplating berskala besar,
digunakan arus AC
tiga fasa dengan penyearah dimana ripple yang terjadi
lebih kecil, seperti
tampak pada gambar 2.5.
26
s
LJ
Q
/\ A A A A /\ A A A /
V
V V
1 cycte
i
Gambar 2.5
Arus AC 3-Fasa Dengan Penyearah
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ripple pada
aras
bukanlah merupakan salah satu penyebab dari hasil plating
yang kurang
baik. Ripple pada arus hampir tidak mempengaruhi
hasil akhir dari proses
elektroplating, dan oleh karenanya tidak pernah
dipermasalahkan.2
5.2. Penurun Tegangan.
Untuk menurunkan tegangan PLN yang umumnya antara 110 V
hingga 380 V dapat digunakan sebuah trafo (transformator).
Sebuah
transformator terdiri atas dua lilitan, yang disebut dengan
lilitan primer dan
lilitan sekunder. Lilitan primer terhubung dengan beda
potensial PLN,
sedangkan lilitan sekunder mengatur beda potensial output
yang diinginkan.
Hubungan antara beda potensial dan banyaknya lilitan
dinyatakan dengan
persamaan2.8.
2 Frederick A.Lowenheim. Electropldtmg.
(McGraw Hill Inc, 1978). p. 160.
27
Vp
Np
(2.8)
Vs
Ns
Dimana Vp adalah beda potensial pada lilitan primer dan Vs
adalah beda
potensial pada lilitan sekunder, keduanya dinyatakan dalam
volt (V);
sedangkan Np menyatakan banyaknya lilitan pada kumparan
primer dan Ns
banyaknya lilitan pada kumparan sekunder, keduanya merupakan
konstansta
perbandingan tanpa satuan. Bila tegangan di kumparan primer
lebih besar
daripada di kumparan sekunder maka trafo yang digunakan
disebut trafo
step down, sebaliknya, bila tegangan pada kumparan primer lebih kecil
daripada kumparan sekunder maka trafo yang digunakan disebut
trafo step
up
Output beda potensial dari trafo kemudian dihubungkan ke suatu
regulator. Fungsi dari regulator adalah memperhalus, menstabilkan, dan
memberikan kemudahan untuk mengubah arus maupun tegangan
yang
diperlukan. Berdasarkan yang diatur, rangkaian untuk
regulator dibagi
menjadi dua jenis, yaitu regulator arus untuk mengatur arus
dan regulator
tegangan untuk mengatur tegangan.
5.3, Memperbesar Arus
Besar arus output bergantung pada kemampuan trafo
menyediakan
arus. Besar arus menentukan dimensi trafo, karena trafo secara
komersial
dihitung berdasarkan daya listrik yang dihasilkannya.
Semakin besar daya
28
listrik yang dihasilkannya, semakin besar pula dimensi dari
trafo tersebut.
Disinilah kelemahan menggunakan trafo sebagai sumber arus
dalam
elektroplating, selain harganya yang mahal, faktor bentuk
dan beratnya
membuatnya tidak praktis.
5.4. Instrumentasi Elektronika
Proses elektroplating menggunakan dua instrumen elektronika
standar yaitu voltmeter dan ammeter. Kedua instrumen ini
memiliki peran
vital dalam proses elektroplating untuk membantu memonitor
kondisi kedua
elektroda.
Voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial antara
kedua
elektroda selama proses plating berlangsung.
Voltmeter yang baik harus
berisi tahanan yang sangat besar. Voltmeter dirangkaikan
secara paralel
pada keduapm output regulator. Gambar rangkaian
voltmeter pada sumber
listrik dapat dilihat di bawah ini:
itneter
shunt
1
Jf
+
\j\K
Sumber
T
'
A \
tegangan
J^0
+
Bak
Gambar 2.6
Penggunaan Voltmeter dan Ammeter Pada Elektroplating
29
Ammeter digunakan untuk mengukur besar arus yang melewati
kedua elektroda selama proses plating berlangsung.
Agar akurat, ammeter
mempunyai tahanan yang sangat kecil. Ammeter dirangkaikan
secara seri
pada salah sztupin output sumber listrik, seperti
terlihat pada gambar 2.6,
6. MATERIAL YANG DIGUNAKAN
Berdasarkan logam yang digunakan untuk melapis,
Elektroplating dibagi menjadi
enam kategori utama, yaitu :
1. Sacrifwial Coating, digunakan umumnya untuk
memberi perlindungan
kepada logam dasarnya (biasanya besi atau baja). Sifatnya
mengorbankan
lapisan untuk melindungi logam di bawahnya.
2. Decorative Protective Coatings, digunakan untuk
memberikan penampilan
menarik serta perlindungan pada logam dasarnya.
3. Engineering Coatings, jenis yang dimana pelapisan
digunakan untuk tujuan
tertentu, seperti konduktivitas, tidak mudah penyok, mudah
disolder,
reflektifitas, dan lain-lain. Disebut ]x\ga.functional
coating.
4. Minor Metals, kelompok kecil logam yang dengan
mudah dilapisi tapi tidak
begitu berguna.
5. Unusual metal, jarang digunakan untuk pelapisan,
selain itu juga
membutuhkan larutan yang tidak biasa.
6. Alloys, logam-logam tidak murni yang digunakan
dalam proses pelapisan.
Hanya sedikit yang memiliki kegunaan secara komersial.
30
6.1. Sacrificial Coating.
Logam-logam yang digunakan untuk sacrificial coating umumnya
adalah seng (Zn) dan kadmium (Cd). Lapisan seng dan kadmium
banyak
digunakan untuk melapisi besi dan baja. Walaupun seng dan
kadmium dapat
dibuat menjadi mengkilat dan tampil menarik, namun biasanya
penampilan
menarik tidak akan bertahan lama mengingat fungsinya adalah
untuk
pelindung, sehingga dalam industri jarang sekali yang
mengkilapkan lapisan
seng dan kadmium.
Kadmium lebih jarang digunakan, selain karena berharga lebih
mahal daripada seng, persediaan kadmium semakin sedikit dari
waktu ke
waktu, dan yang utama adalah karena sifatnya yang sangat
beracun
membuatnya dilarang untuk elektroplating di beberapa negara.
Harga
kadmium : seng berbanding sekitar 10:1 hingga 20:1. Beberapa
keunggulan
kadmium dibanding seng adalah, kadmiura lebih mudah
disolder, lebih
tahan terhadap lingkungan asin, dan yang utama adalah
kadmium plating
lebih mudah dikontrol daripada seng plating.
Seng adalah logam paling murah yang dapat digunakan untuk
melindungi besi dari korosi. Proses pelapisan seng pada besi
adalah hot-
dipping ( pencelupan panas ) yang disebut juga dengan galvanizing.
Seng dan komponnya relatif tidak beracun, kecuali
diasosiasikan
dengan ion beracun, seperti sianida. Seng dan komponnya
diperbolehkan
untuk bersentuhan dengan makanan, kosmetik dan obat-obatan.
Minuman
yang mengandung asam tidak diperbolehkan untuk disitnpan
dalam seng
31
atau kaleng yang dilapisi seng. Larutan plating untuk
seng terdiri atas tiga
jenis besar, yaitu alkalin sianida, alkalin non-sianida, dan
asam.
Berbeda dengan seng, kadmium dan komponnya sangat beracun,
mempunyai efek mirip dengan merkuri dan arsenik. Lapisan
kadmium tidak
diperbolehkan bersentuhan dengan makanan atau minuman.
Tekanan gas
yang dihasilkan oleh kadmium relatif tinggi, sehngga proses
pelelehan,
pembentukan, pengelasan, dan penyolderan harus dilakukan
pada ruangan
yang cukup ventilasi (udara terbuka). Larutan yang digunakan
untuk proses
elektroplating kadmium adalah sianida.
Untuk memberikan permukaan yang mengkilat, kadmium plating
dicelup ke dalam larutan 0.5 hingga 1% asam nitrat, bromat,
atau kromat.
Dengan waktu pencelupan kurang dari 1 menit, akan dihasilkan
suatu
lapisan yang mengkilap dan dikompensasi dengan kehilangan
sedikit
ketebalan plating. Seng plating berpotensial
untuk menghasilkan kerak
putih hasil korosi pada keadaan lingkungan yang asam. Sifat
lapisan seng
untuk menghasilkan kerak putih dapat dikurangi dengan Chromate
Conversion Coatings.
6.2. Decorative Coating
Logam yang umum digunakan untuk decorative coating adalah
tembaga, nikel dan kromium. Ketiga logam diatas merupakan
kombinasi
umum yang banyak diketahui dan digunakan oleh electroplater,
yang
banyak disebut oleh orang awam sebagai chrome plate (verkrom).
Ada
32
banyak sekali benda-benda yang diproses verkrom diantaranya
perabotan,
alat elektronik, pipa, aksesori mobil, motor, batang kemudi
sepeda, alat-alat
olah raga, mainan dan peralatan rumah tangga. Lapisan verkrom
dapat
bervariasi, mulai dari yang sangat tipis dengan tujuan untuk
penampilan,
hingga cukup tebal dan kuat untuk melindungi fungsi kerjanya
hingga
beberapa tahun.
Kegunaan tembaga, nikel dan kromium selain untuk proses verkrom
juga memiliki kegunaan spesifik sendiri. Tembaga selain
digunakan sebagai
lapisan bawah nikel dan krom, juga digunakan pada PCB, dalam
electrotyping dan electroforming, melapisi kabel, dan sebagainya.
Nikel
dengan atau tanpa lapisan bawah tembaga, juga berguna untuk
electroforming, dan berbagai aplikasi dimana ketahanan terhadap korosi
diperlukan. Kromium dalam proses hard chromium, banyak
digunakan
dalam industri yang membutuhkan kekerasan substrat.
Setiap tahunnya, sekitar 10000 ton tembaga, 23000 ton nikel
dan
25000 ton krom digunakan untuk elektroplating. Kombinasi
tembaga, nikel
dan krom paling banyak digunakan hingga diasumsikan sebagai
dasar dari
elektroplating.
6.2.1. Nikel. Penggunaan nikel yang diketahui pertama kali
adalah
untuk membuat logam campuran nikel-tembaga-seng di China
pada abad
pertengahan. Pada pertengahan 1700, Cronstedt pertama kali
mampu
memisahkan nikel dari pengotomya untuk penelitian analitis,
kemudian
memberinya nama dari bahasa Jerman, kupfernickel, yang
berarti tembaga
33
palsu (false cooper). Nikel berada pada golongan VIII
pada tabel periodik.
Sifat-sifat logam nikel dapat dilihat pada tabel 2.1.
Penggunaan logam nikel untuk elektroplating pertama kali
dilakukan pada tahun 1837. G.Bird melakukan elektrolisa pada
larutan nikel
sulfat dan nikel klorit dalam waktu beberapa jam dan
mendapatkan
bongkahan logam nikel di atas platinum sebagai katodanya.
Pada 1840,
paten nikel plating komersial pertama diberikan pada
J.Shore dari Inggris
yang menemukan larutan nikel nitrat. Setelah itu banyak
orang berusaha
untuk menemukan larutannya sendiri. A.Smee dari Inggris
(1841), Ruolz
dari Prancis (1843) dan Bottger dari Jerman (1843) adalah
beberapa orang
yang pertama mempublikasikan hasil percobaannya. Bottger
adalah yang
pertama menggunakan larutan elektrolit berdasar atas asam
amonium sulfat,
yang digunakan secara komersial hingga 70 tahun kemudian.
Penggunaan
asam borak sebagai buffer dan garam klorit sebagai
pencegah pasifitas pada
anoda mulai populer pada tahun 1890, namun masih belum
universal. Baru
kemudian pada tahun 1910, Profesor O.P.Watts dari University
of
Wisconsin menemukan larutan esensial yang kemudian digunakan
hingga
sekarang. Larutan untuk nikel plating ini terdiri
dari campuran nikel sulfat,
nikel klorit dan asam borak, serta digunakan dalam suhu
tinggi pada
densitas arus yang tinggi pula.
Tabel2.13
Sifat-sifat nikel
34
Sifat
Nilai
Berat
atom
Struktur
kristal
Konstanta
lattice pada 25°C
Titik
lebur
Titik
didih (dengan ekstrapolasi)
Kerapatan
pada 20°C
Panas
spesifik pada 20°C
Koefisien
pemuaian rata-rata (dalam \iml°C)
pada20-100°C
pada
20-3 00°C
pada
20-500°C
Konduktifitas
panas (dalam W/(m.K))
pada
100°C
pada
300°C
pada
500°C
Hambatan
listrik pada 20°C
Koefisien
hambatan panas pada 0-100°C
Suhu
Curie
Magnetisasi
saturasi
Magnetisasi
residual
Gaya
koersif
Permeabilitas
awal
Permeabilitas
maksimal
Modulus
elastisitas
Rapatan
Regangan
Rasio
Poisson
Reflektifitas
(dalam %)
pada
0,3 \im
pada
0,55 \xm
pada
3,00 |im
emisifitas
total (dalam
2
pada
20°C
pada
100°C
pada
500°C
pada
1000°C
58.71
fcc
0.35238
nm
1453
°C
2732
°C
8.908
g/cm3
0.44
kJ/(kg.K)
13,3
14,4
15.2
82,8
63,6
61,9
6,97
nfi.cm
0.0071
|jXXcm/oC
353°C
0,617
T
0,300
T
239
A/m4
0.251
mH/m
2.51-3.77
206
x 103MPa
73,6xlO3MPa
0.3
41
64
87
45
60
120
190
1978)
Kirk-Othmer. Encyclopedia ofChemical Technology. (John
Wiley & Sons,
35
Nikel plating merupakan logam paling penting bagi
para
electroplater. Nikel merupakan logam yang paling banyak dipelajari baik
dari segi teori maupun praktek dibanding dengan logam lain
yang juga
digunakan untuk plating. Nikel merupakan logam paling
sensitif terhadap
zat aditif dalam larutan plating, sehingga mendorong
para ilmuwan untuk
melakukan riset. Oleh karena itulah aditif nikel plating merupakan
bisnis
yang cukup menguntungkan bagi industri kimia. Pada tahun
1980, kurang
lebih 40% dari produksi sekitar 60000 ton nikel mentah
digunakan untuk
keperluan industri plating sehingga nikel menjadi
logam yang paling banyak
penggunaannya dalam industri plating dibanding kegunaannya
dalam
industri lain.
Ada banyak variasi plating yang dapat dibuat dengan nikel,
yaitu
mengkilat, agak mengkilat atau tidak mengkilat, keras atau
lunak, dengan
atau tanpa internal stress, mulus atau kasar, tahan
karat atau hanya sekedar
dekoratif. Prinsip nikel plating digunakan sebagai undercoat
untuk krom
plating yang tipis dan hanya berfungsi sebagai pemanis permukaan
saja.
Nikel plating banyak digunakan untuk proses plating
dekoratif kombinasi
tembaga - nikel - krom. Tembaga digunakan pada benda-benda
yang
berhubungan dengan listrik, sehingga untuk benda yang tidak
digunakan
untuk listrik, tembaga dapat dihilangkan dari kombinasi
tersebut. Nikel
merupakan substansi yang digunakan untuk memperkuat logam
yang di-
plating sehingga nikel merupakan komponen yang esensial dalam
.
36
kombinasi tersebut. Sedangkan krom digunakan untuk memberi
kilau pada
permukaan nikel plating.
6.2.2. Kromium. Merupakan logam golongan VIB pada tabel
periodik,
dengan nomor atom 24, kromium merupakan logam terbanyak pada
urutan
ke 21. Kromium pertama kali dipisahkan dari campurannya pada
tahun 1798
oleh kimiawan Prancis, Vauquelin yang bekerja dengan mineral
asing,
Timah merah Siberia (atau crocoite, PbCrC^ ). Nama
yang diberikan adalah
chroma dari bahasa Yunani, yang berarti warna, karena banyaknya
variasi
wama yang ditunjukkan oleh komponnya. Implementasi logam
kromium
pertama kali adalah untuk pigmen warna, khususnya kuning
krom ( chrome
yellow ); larutan kromium sulfat juga digunakan untuk mewama kulit
dimana diketahui bahwa reaksi antara kromium dan serat
kolagen mampu
meningkatkan stabilitas kelembaban kulit dan memberi
ketahanan atas
serangan bakteri. Kegunaan penting kromium adalah sebagai
logam
campuran untuk baja yang dikembangkan pada abad 19 di Prancis.
Kromium digunakan untuk pembangunan pertama kali adalah
untuk
membangun jembatan Eads Bridge menyeberangi sungai
Mississippi di
Amerika Serikat pada tahun 1867-1874. Sifat-sifat logam
kromium dapat
dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.24
Sifat-sifat Kromium
37
Sifat
Nilai
Berat
atom
Struktur
kristal
Isotop
(dalam %)
50
m
•a
54
Titik
lebur
Titik
didih
Kerapatan
pada 20°C
Panas
spesifik pada 25°C
Tekanangas
130Pa
Panas
fusi
Koefisien
pemuaian rata-rata pada 20°C
Konduktifitas
panas pada 20°C
Hambatan
listrik pada 20cC
Magnetisasi
spesifik pada 20°C
Gaya
koersif
Total
emisifitas pada 100°C
Potensial
standar elektroda valensi 0 hingga 3+
Potensial
ionisasi
Pertama
Kedua
Refraktif
a
\
Modulus
elastisitas
Reflektifitas
(dalam %)
pada
300 nm
pada
500 nm
pada
1000 nm
pada
4000 nm
Kompresibilitas
pada 10-60 TPa
Waktu
paruh isotop 51Cr
51.996
bcc
4.31
83.76
9.55
2,38
1875
°C
2680
°C
7,19g/cm3
0.46
kJ/(kg.K)
1610°C
13.4-14.6
kJ/mol
6.2
|am/°C
91
W/(m.K)
0.129
|aQ.m
3,6
x 10"6
239
A/m4
0.08
atm
0.71V
6.74
16.6
1,64-3,28
2570-6080
250
GPa
67
70
63
88
70x10"3
27,8
hari
Kirk-Othmer. Op.cit.
38
Beberapa perkembangan penting kromium antara lain penemuan
chromyl compound pada 1824, chromous compound pada 1844, chrome
tanning pada 1858, penemuan organochromium compound pada
1919, dan
yang terakhir adalah penggunaan kromium untuk elektroplating
sekitar
tahun 1926.
Referensi pertama untuk kromium plating dimulai pada
tahun 1848
diatas paten Junot de Bussy. Bunsen pada tahun 1854
menerbitkan jurnal
ilmiah mengenai krom plating. Lebih lanjut, pada
tahun 1856 Dr.Guther di
Gottingen, Jerman, mempublikasikan bahwa larutan krom plating
yang
digunakannya mengandung asam kromat, yang mungkin mengandung
sedikit endapan sulfat. Oleh karena endapan sulfat yang tidak
ikut
dipublikasikan, maka penggunaan asam kromat banyak mengalami
kegagalan sehingga untuk 40 tahun kemudian ilmuwan
berkonsentrasi pada
larutan trivalen kromium. Pada tahun 1924, Profesor C.Fink
dan asistennya,
Schwartz, Eldridge, dan Dubperaell menghasilkan percobaan
yang
menggunakan asam kromat sebagai larutan dasarnya, dicampur
dengan
sedikit ion sulfat atau fluorit kompleks yang berfungsi
sebagai katalis.
Larutan ini digunakan hingga saat ini.
Ada dua macam krom plating yang dikenal; yang pertama
adalah
dekoratif, dimana tebal lapisan krom mencapai hingga 0.75
(a.m membentuk
lapisan anti noda dan sifatnya mengkilat; dan yang kedua
adalah hard krom
yang tahan terhadap karat, panas, erosi, benturan dan
gesekan minor. Pada
39
hard krom, pelapisan dilakukan tanpa menggunakan undercoat
plating
seperti nikel.
Beberapa kegunaan kromium, antara lain:
1. Untuk katalis. Kromium kompon digunakan sebagai katalis
dengan mengkonsumsi sebanyak 1500 ton sebagai sodium
dikromat per tahunnya. Katalis kromium digunakan dalam
berbagai aplikasi antaranya hidrogenasi, oksidasi, dan
polimerisasi.
2. Reaksi fotosensitif. Reduksi kromium(VI) oleh kompon
organis
dapat menghasilkan reaksi fotosensitif. Sifat ini
dimanfaatkan
dalam sistem fotosensitif dengan dikromat-koloid.
7. LARUTAN YANG DIGUNAKAN
Setiap larutan plating yang digunakan mengandung
beberapa bahan yang
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Menyediakan logam yang dilapiskan
2. Membentuk kompleks dengan logam pelapis
3. Bersifat konduktif
4. Mampu menstabilkan larutan (dari hidrolisis)
5. Mampu menjadi bvffer (menstabilkan pH)
6. Memodifikasi bentuk fisik lapisan
7. Membantu melarutkan anoda
8. Memodifikasi sifat-sifat lain dari larutan (tergantung
pada larutannya)
40
Namun demikian, tidak semua larutan wajib memiliki delapan
fungsi
tersebut, karena ada yang memerlukan lebih dari delapan dan
ada pula yang
memerlukan tidak sampai delapan (bergantung pada proses dan
elektrodanya).
Penjelasan dari delapan fiingsi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jelas, suatu larutan harus mengandung logam pelapis.
b. Garam kompleks tidak wajib diperlukan, dapat juga
menggunakan garam
biasa, namun hasil yang didapat akan jauh lebih baik bila
menggunakan
garam kompleks.
c. Semua larutan ion bersifat konduktif, namun banyak garam
logam yang bukan
konduktor yang baik, sehingga untuk menghindari penggunaan
tegangan
tinggi, ditambahkan garam konduktif.
d. Banyak garam logam menghasilkan hydrolisis, karena logam
hidroksit
mengendap:
MX + H2O ->
M(0H) I + HX
(2.9)
Pada beberapa larutan alkalin, penyerapan karbon dioksida
dari udara akan
mengendapkan logam, kecuali larutan mengandung penerima
karbon
dioksida.
e. Banyak larutan plating bersifat sangat asam atau
alkalin, karena itu kontrol
pH tidak begitu penting. Untuk larutan yang sifatnya netral,
yaitu dengan pH
antara 5 dan 8, kontrol pH menjadi penting dan umumnya
dibutuhkan buffer
untuk larutan.
41
f. Bila larutan mengandung logam pelapis maka saat arus
dialirkan dari anoda
ke katoda, logam tersebut akan melapisi katoda, namun
lapisan tersebut akan
tidak berguna kecuali ditambahkan zat additif untuk
mengendalikannya.
g. Kecuali anoda yang digunakan bersifat inert (tidak
bereaksi pada larutan)
diharapkan untuk memperbarui logam pada katoda sehingga kondisi
larutan
stabil. Beberapa logam anoda bersifat pasif dan inert kecuali
ada ion yang
membuatnya aktif.
h. Beberapa larutan membutuhkan aditif untuk kegunaan
tertentu. Contohnya,
penambahan komponen sulfur seperti sodium polysulfide pada
larutan zinc
cyanide untuk mengendapkan pengotor yang dapat merusak hasil plating.
7.1. NikelPlating
Larutan yang digunakan untuk nikel plating yang
paling populer
adalah Watts Bath. Tabel formula Watts Bath untuk
nikel plating dapat
dilihat pada tabel 2.3.
Nikel Sulfat berfungsi untuk menyediakan ion-ion nikel.
Nikel
Sulfat adalah garam nikel termurah dan stabil, tidak
teroksidasi pada anoda
dan tidak tereduksi pada katoda serta tidak mudah menguap.
Beberapa
perabahan yang dilakukan terhadap larutan aslinya salah
satunya adalah
penambahan volume nikel sulfat (untuk memungkinkan
penggunaan arus
lebih besar dan penyepuhan yang merata).
42
Tabel 2.35
Komposisi Larutan Watts Untuk Nikel Plating
Nikel sulfat (NiSO4)
Nikel klorit (NiCl2)
Asam boric (H3BO3)
Temperatur
Ph
Densitas Arus
Range
Konsentrasi
Molaritas
g/L
225-375
0,86-1,43
30-60
0,13-0,25
30-40
0,5-0,65
45-65°C
1,5-4,5
2,5-10 A/dm2
Umum
Konst
g/L
330
45
85
60°C
3-4
5
Mol
1,25
0,19
0,60
Nikel Klorit berfungsi menyediakan ion-ion klorit, yang
mampu
mencegah pasifitas pada anoda. Meskipun garam klorit lain
juga mampu
berfungsi serupa, namun garam nikel lain dapat menghasilkan
kation lain
yang akan mempengaruhi penyepuhan karena nikel mempunyai
sifat yang
sensitif terhadap keberadaan ion logam yang tidak inert, seperti
sodium,
amonium, dan potasium. Selain untuk mencegah pasifitas pada
anoda, ion
klorit juga berfungsi untuk meningkatkan konduktifitas
larutan dan
memperbesar throwingpower.
5 Frederick A.Lowenheim. op.cit.
p.213.
43
Asam Borak berfungsi sebagai buffer laratan yang
mengontrol pH
dari lapisan film pada katoda. Asam borak juga memberikan
efek putih pada
lapisan nikel. Selain itu, asam borak mudah didapat, murah,
tidak menguap,
dan kompatibel terhadap aditif lain untuk Watts Bath.
Aditif yang digunakan untuk Watts Bath salah satunya
adalah anti-
pitting agents, yang berfungsi untuk mencegah lubang pada lapisan yang
disepuh. Aditif ini diperlukan karena efisiensi katoda untuk
nikel plating
berkisar antara 97%, bukan 100%. Oleh karena itu, pada
permukaan katoda
akan timbul hidrogen yang kemudian menyebabkan
cekungan-cekungan
pada lapisan nikel. Untuk mengatasi hidrogen menempel pada
permukaan
katoda, digunakan hidrogen peroksida, dengan takaran 0.5
ml/1 dari larutan
30% hidrogen peroksida per liter.
Hidrogen peroksida tidak kompatibel dengan larutan aditif
organik.
Sodium lauryl sulphate adalah salah satu aditif organik yang mampu
mencegah timbulnya hidrogen pada pemiukaan katoda. Supaya
larutan
aditif berfungsi raenghilangkan cekungan, maka harap untuk
membersihkan
komponen dari minyak, lemak, dan kotoran.
Kebanyakan nikel anoda dan garam nikel mengandung logam
cobalt,
(karena banyak logam ingot nikel yang diproduksi masih
mengandung
cobalt). Yang perlu diperhatikan adalah bahwa keberadaan
cobalt dalam
larutan hanya mempunyai efek kecil kalaupun ada.
Ada beberapa variasi pada Watts Bath, yang digunakan
untuk
penyepuhan tertentu. Larutan dengan kandungan hanya Nikel
klorit saja
44
digunakan untuk mendapatkan hasil yang lapisan yang lebih
keras dan
berpori-pori sangat halus, karena larutan ini memiliki
konduktivitas lebih
baik dan throwing power lebih besar dibanding dengan Watts
Bath. Namun
larutan nikel klorit penuh, tidak begitu kompatibel dengan
zat-zat aditif
seperti bnghtener dan leveller.
Larutan dengan kandungan nikel sulfat penuh, tanpa klorit,
digunakan untuk anoda yang sifatnya sulit larut, seperti
platina. Juga
digunakan untuk katoda tertentu, contohnya seperti menyepuh
bagian dalam
pipa berdiameter kecil.
Perkembangan nikel plating saat ini dapat
menghasilkan lapisan
nikel yang mengkilat dan terang tanpa perlu diselep maupun
dipoles. Untuk
larutan Watts Bath, hasil yang diperoleh pada suhu
60°, pH 3 hingga 4,
densitas arus 5 A/dm2, adalah lapisan nikel yang polos dan tidak kilap, maka
dari itu sebelum larutan untuk bright nickel plating ditemukan,
hasil
penyepuhan harus dipoles dan diselep.
Zat pengkilau berupa kation inorganik, khususnya cadmium. Bnght
plating pertama menggunakan Weisberg-Stoddard bath, yang
mengandung
sedikit cobalt, formaldehyde, format dan beberapa zat aditif
lain, sehingga
lapisan sepuhan juga mengandung cobalt 1% hingga 5%.
45
500
1000
Densitas Arus, A/m2
1500
0
500
1000
DensttasArus,A/m2
(b)
15«
•
• >
Klont konsentrasi
tinggij
1
Full Klont
Daerah
Operasi
i
500
1OO0
Denatas Arus, A/m^
(c)
1500
4
2
0
S .
Daerah
X Operasi
\
I
Gambar 2.7
500
1000
Densitas Arus,A/m2
(d)
!KX>
Efek Dari Variasi Penggunaan Larutan Watts
(a) Larutan Watts Normal; (b) Larutan Watts Pada 40°C; (c) Penambahan
Konsentrasi Ion Klorit; (d) Larutan Diaduk
6 Frederick A.Lowenheim. op.cit.
p.214.
46
Brightener untuk nikel dibagi menjadi dua kelas. Kelas I termasuk
asam sulfonik aromatik, sulfonamide, dan asam sulfinik. Brightener
kelas
ini memproduksi hasil plating yang hampir terang
(agak berkabut).
Konsentrasi untuk brightener kelas satu berkisar
antara 1 hingga 10 g/L.
Fungsi sampingannya adalah menurunkan tekanan pada lapisan plating
sehingga lapisanplating tidak mudah retak atau pecah.
Brightener kelas satu
mengandung belerang dengan konsentrasi sampai 0.03 % pada pH
3-5.
Brightener kelas II digunakan sebagai campuran untuk brighlener
kelas I. Fungsinya adalah untuk menghasilkan lapisan platmg
yang benar-
benar terang, halus, dan tebal. Dengan brightener kelas
II semakin lama
proses plating semakin tebal lapisan plating.
Brightener kelas II
mengandung karbon dan harus digunakan sebagai kombinasi
dengan
bnghtener kelas I. Tanpa campuran brightener kelas I, hasil
lapisan plating
akan berbintik, mudah retak atau pecah, dan tidak lekat
(kecuali Coumarin).
Brightener kelas II yang paling efektif mengandung zat organik kelompok
aldehyde (seperti formaldehyde), olefinic (seperti coumarin),
gugusan C=C
(seperti butyne dioJ).
12. KromPlating
Larutan yang digunakan untuk krom plating pada
dasamya terdiri
atas asam kromat yang dilarutkan dalam air. Namun krom tidak
dapat
dipindahkan hanya dengan asam kromat dan air, sehingga
diperlukan sedikit
larutan asam radikal yang mampu bertindak sebagai katalis
memungkinkan
47
terjadinya penyepuhan pada katoda. Zat yang banyak digunakan
adalah
sulfat dan fluorit. Fluorit dipergunakan dalam bentuk
fluosilicate atau
silicofluoride. Fluorit bekerja dengan cukup baik, namun karena
volume
yang dipergunakan sangat kecil, maka sulit sekali
mengontrolnya.
Umumnya rasio antara asam kromat katalisnya sekitar 100:1.
Untuk katalis
sulfat biasanya digunakan asam sulfat.
Efisiensi arus untuk krom plating sangat kecil,
sekitar 10% - 25%
untuk sepuh terang. Tegangan listrik yang digunakan berkisar
dari 4 hingga
12 volt dengan arus yang cukup tinggi sehingga memungkinkan
proses yang
cukup cepat pula. Throwing power dari krom plating
sangat rendah, negatif
bila diukur dengan teknik Haring -Blum.
Untuk larutan yang dipergunakan secara komersial, umumnya
mengandung 200 - 400 g/1 asam kromat untuk memperoleh
perbandingan
konduktifitas tinggi, efisiensi arus tinggi, hasil memuaskan
dan komposisi
larutan yang stabil. Konduktifitas maksimum larutan dicapai
pada
konsentrasi 400 - 500 g/1 asam kromat.
Pada proses krom plating dibutuhkan katalis yang akan
membantu
menaikkan tingkat efisiensi arus sehingga hasil plating memuaskan.
Namun
demikian proses plating tidak hanya bergantung pada
rasio katalis dan asam
kromat, melainkan ada banyak pengaruh luar yang belum
diketahui
penjelasannya berkaitan dengan hasil yang didapat. Komposisi
larutan krom
plating dengan asam kromat dapat dilihat pada tabel 2.4.
48
Ketebalan lapisan krom diatas nikel bergantung pada aplikasi
benda
yang di-plating. Perabot rumah tangga yang digunakan
untuk indoor dan
kondisi kering memerlukan ketebalan hingga 0.1 ^m (termasuk
untuk pipa
saluran air), untuk interior mobil dapat lebih tebal, dan
untuk exterior mobil
(spakbor, bumper, velg, gnll) memerlukan ketebalan
hingga 1,25 \xm.
Tabel 2.47
Komposisi Larutan Asam Kromat Untuk Krom Plating
Encer
g/L
Mol
Pekat
g/L
Mol
Asam kromat (CrCh)
250
Sulfat(SO4")
2,5
Rasio CrO3 / SO4"
2,5
0,026
100
400
4,0
4
0,042
100
Pada dasarnya untuk krom plating dapat digunakan dua
macam
larutan, yaitu larutan konvensional, dimana katalis yang
digunakan adalah
sulfat, dan larutan katalis campuran {mixed-catalyst
bath), dimana katalis
yang digunakan selain sulfat juga mengandung fluorit
(umumnya dalam
bentuk fluosilicate). Tabel 2.4 diatas adalah komposisi
dasar untuk larutan
konvensional.
7 Frederick A.Lowenheim. op.cit.
p.237.
49
Kecepatan pelapisan adalah faktor yang sangat penting, oleh
karena
waktu plating diusahakan sesingkat mungkin, sebagai
akibatnya efisiensi
arus harus setinggi mungkin agar seluruh permukaan katoda
sempat
terlapisi. Maka dari itu efisiensi arus merupakan faktor
penentu untuk
throwing power. Berikut beberapa grafik yang menunjukkan variasi range
kerja larutan konvensional untuk \uomplating.
80
60
40
20
lapisan gelap
(
Jr
f
lapisan terang ^ _ ^
lapisan gelap
0
1000
2000
3000
DensitasArus,A/m2
Gambar2.88
Daerah Kerja Krom Plating Terang
Frederick A.Lowenheim. op.cit. p.238.
50
1.5
3
4.5
6
T.S
9
Konsentrasi
Suliat, g/L
Gambar
2.99
Hubungan Antara Efisiensi Katoda &
Konsentrasi Sulfat; 45°C, lOOOA/m2
5 10 e 20 25 30
»
Waktu
Plating, um/jam
Gambar2.1010
Kecepatan Krom Plating Untuk Larutan Encer
10
Frederick A.Lowenheim. op.cit. p.239.
Frederick A. Lowenheim. op.cit. p.238.
Ji
5 10 S 20 25
Waktu Piating, um/jam
Gambar 2.11n
Kecepatan Krom Plating Untuk Larutan Pekat
Persiapan untuk krom plating umumnya tidak banyak,
terutama bila
krom plating digunakan sebagai lapisan luar untuk
nikel plating. Pada
banyak kasus nikel plating sudah cukup bersih dan
dapat langsung
dilanjutkan dengan proses krom plating, Namun pada
beberapa kasus,
katoda yang telah dilapisi nikel tidak langsung di-krom,
tetapi disimpan
untuk waktu cukup lama, juga pada kasus dimana pelapisan
nikel
menggunakan larutan yang terkontaminasi oleh logam lain,
maka katoda
tersebut harus terlebih dulu dibersihkan sebelum proses krom
plating bila
tidak ingin hasil yang diperoleh rusak.
n
Frederick A.Lowenheim. op.cit. p.239
12
Biasanya katoda tersebut dikatakan tidak lagi 'aktif
sehingga harus
'diaktifkan' terlebih dulu, yaitu melalui proses pencelupan
ke dalam larutan
asam sulfurik, atau menggunakan teknik cathoda cleaning.
8. PERSIAPANSEBELUMPLATING
Saat logam selesai dibentuk, logam tersebut telah melalui
banyak proses
fabrikasi yang meninggalkan residu pada permukaan logam.
Pemotongan,
pengeboran, pemolesan, pengikiran, pengelasan, dan
sebagainya, semuanya
meninggalkan residu yang harus dibersihkan sebelum logam di-plating.
Selain itu
banyak logam yang membentuk lapisan film, oksida, sulfit dan
bermacam-macam
zat-zat lain yang dapat menimbulkan korosi. Sebelum
dilakukan proses plating,
suatu logam harus berada dalam keadaan bersih. Definisi dari
bersih secara
praktek adalah tidak mengandung kontaminasi yang dapat
mempengaruhi kualitas
dari pelapisan.
Bila terjadi masalah pada proses plating banyak electroplater
berpengalaman menduga bahwa penyebabnya ialah dari proses
pembersihan
logam. Beberapa test telah diciptakan untuk mendeteksi
kotoran pada permukaan
logam.
Gravimetri melakukan tes berat pada permukaan logam. Test
fluorescent
dilakukan untuk melihat residu berupa lapisan minyak. Untuk
usaha plating tes
yang digunakan jauh lebih sederhana, yaitu test water
break. Pada test ini
dilakukan pengujian dengan membasahi pemiukaan logam,
kemudian mengamati
ss
air di atas permukaan logam. Bila logam dalam kondisi kotor,
maka air akan
terpecah dan berbintik. Sebaliknya, bila logam dalam keadaan
bersih, maka air
akan terkumpul menjadi satu.
Dalam melakukan test water-break juga perlu
diperhatikan agar tidak ada
sisa residu akibat pembersihan dari larutan alkalin, karena
larutan alkalin tidak
terdeteksi oleh test water-break namun dapat
mempengaruhi proses plating.
Test yang lebih sensitif adalah menggunakan atomizer yang
menyemprotkan air ke permukaan logam, kemudian diamati. Bila
bintik-bintik air
pada permukaan logam menjadi satu, maka permukaan logam
tersebut bersih,
sebaliknya, bila bintik-bintik air tidak mengumpul maka
logam tersebut masih
kotor. Test atomizer ini diciptakan oleh Linford dan
Saubestre.
Test-test tersebut hanya diperuntukkan bagi residu organik
saja, sedangkan
residu non-organik dan lapisan oksida masih akan
terlewatkan. Penilaian akhir
hanya dapat dilakukan setelah keseluruhan proses plating dilakukan.
Memang,
sangat mahal dan sia-sia untuk mendapati bahwa ada kesalahan
saat keseluruhan
proses plating telah selesai, namun tidak ada lagi
cara lain yang dapat digunakan
selain berbekal pengalaman.
Pembersihan material ini dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu kimiawi
dan mekanis.
8.1. Pembersihan Secara Kimiawi
Pembersihan material secara kimiawi mengacu pada dua faktor
penting, yaitu sifat dan kuantitas endapan, dan sifat
larutan pembersih.
Walaupun ada banyak cabang, tapi proses pembersihan kimiawi
terbagi
menjadi tiga wilayah besar, yaitu larutan organik, larutan
alkalin, dan asam.
8.1.1. Larutan organik. Metode yang digunakan untuk
melakukan
pembersihan dengan larutan organik adalah Vapor
Degreasing. Pada proses
ini, larutan diuapkan dan logam yang dibersihkan diletakkan
diatas larutan.
Gambar sistem vapor degreasing dapat dilihat di bawah
ini.
Heater
kumparan
pendingin
Pengumpul
embun
Gambar2.12
12
Sistem Vapor Degreasing
12
Frederick A.Lowenheim. op.cit. p.71.
Dengan metode ini larutan yang menguap akan menempel pada
permukaan logam kemudian berubah menjadi cairan kembali, dan
menetes
turun kembali ke dasar. Konsekuensinya larutan akan selalu
dalam keadaan
bersih. Larutan yang digunakan untuk ini berupa chlorinated
hydrocarbon,
biasanya dilarutkan dengan inhibitor untuk menghindari
hidrolisis. Tabel
larutan organik dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 2.5
13
Spesifikasi Larutan Pembersih Organik
Larutan
Nama
Perchloroethylene
Trichloroethylene
1,1,1 -Trychloroethane
(Methylchloroform)
Methylene chloride
Trichlorofluoroethane
Rumus
C12C==CC12
HC1C=CC12
H3C—CC13
CH2C12
CC12F CC1F2
Titik
pada
(c
didih
1 atm
'C)
121
87
74
40
48
Tekanan
gas pada
20°C
(kPa)
14
58
105
352
273
Gravitasi
spesifik
1,625
1,456
1,325
1,335
1,42
13 Frederick A.Lowenheim. op.cit. p.70.
56
Untuk beberapa residu, metode ini dapat menyebabkan masalah,
terutama bila permukaan logam mengandung residu inorganik
(tidak larut
dalam larutan organik) seperti pasir selep, yang mana proses
vapor
degreasing akan menyebabkan residu inorganik lebih melekat pada
permukaan logam. Metode ini digunakan secara terbatas hanya
untuk
membuang lapisan minyak, tanpa membuang kotoran padat dalam
bentuk
pasir atau partikel kecil. Bila lapisan minyak terbuang, dan
permukaan
logam mengering, partikel ini lebih sulit dibersihkan bahkan
oleh larutan
alkalin.
Kelemahan dari metode ini adalah penggunaan larutan organik
yang
hampir semua beracun, sehingga berbahaya bagi operatomya.
Akibat dari
adanya larutan organik dalam ruangan adalah kekurangan
oksigen.
8.1.2. Larutan Alkalin. Proses vapor degreasing bisa
dilakukan, bisa juga
tidak untuk sebagian logam, namun pembersihan dengan larutan
alkalin
wajib dilakukan. Larutan alkalin dapat bersifat heavy
duty, light duty, dapat
dicelup atau elektrolitik, dapat digunakan dengan berbagai
cara seperti
direndam, disemprot, atau dioleskan. Larutan alkalin dibuat
secara khusus
tergantung pada permukaan yang akan dibersihkan, sifat
residu, sensitivitas
proses, seberapa bersih yang diperlukan, metode penggunaan,
dan tingkat
polusi yang dihasilkan. Semua parameter di atas menentukan
bahan
campuran larutan alkalin. Logam besi tahan terhadap larutan
alkalin keras
namun tembaga dan alloy-nya.tidak, sehingga haras
menggunakan larutan
alkalin yang lebih ringan. Tabel bahan campuran untuk
larutan alkalin dapat
dilihat di bawah ini.
14
Tabel 2.6
Komposisi Larutan Pembersih Alkalin
Bahan
Logam
Metode
penggunaan
Sodium
hydroxide (NaOH),%
Sodium
metasilicate (Na2SiO3),%
Sodium
tripolyphosphate (Na5P3Oia
Sodium
carbonate (Na2CO3),%
Sodium
bicarbonate (NaHCO3), %
Surfactant:
40% sodium linear
alkylate
sulfonate, %
Konsentrasi,
g/L
Densitas
arus, A/dm2
Suhu,
°C
baja
elektro
50
40
),%
5
4
-
1
60-120
5-10
80-mendidib
tembaga
elektro
25
40
10
23
-
2
30-60
2-5
70-82
seng
kuningan
elektro
20
40
10
28
.
2
30-45
2-5
65-75
elektro
10
40
10
38
-
2
25-45
1,5-5
60-70
aluminium
celup
.
40
40
10
5
5
30-60
-
70-82
Larutan Alkalin harus larut dalam air, larutan tersebut
harus
memiliki sifat-sifat antara lain membasahi permukaan yang
dibersihkan,
dapat mengupas lapisan kotor di permukaan, dapat
mengemulsikan minyak,
lemak, dan partikel padat, dapat dicuci dengan air, tidak
mempengaruhi
permukaan logam. Selain itu harus mempunyai sifat sebagai buffer
tinggi,
tidak menghasilkan buih atau busa selama proses pembersihan
dan
pencucian.
14 Frederiek
A.Lowenheim. op.cit. p.72.
58
8.2. Metode Pembersihan
8.2.1. Dengan tangan. Metode pembersihan paling mendasar dan
mudah
dilakukan adalah dengan tangan secara manual. Pembersihan
dengan tangan
menggunakan berbagai macam alat seperti sikat, kuas, dan
kain. Larutan
pembersih harus tidak beracun.
8.2.2. Perendaman dengan larutan alkalin.
Pada metode ini logam
yang dibersihkan direndam dalam larutan alkalin yang panas
dan diaduk
untuk mempercepat proses pembersihan. Panas dan gerakan
mempercepat
pembasahan, emulsifikasi, dan saponifikasi. Pengadukan
ditujukan agar
kotoran yang telah lepas tidak menempel kembali.
8.2.3. Dengan ultrasonik. Metode ini menggunakan gelombang
suara
frekuensi tinggi diatas 20 kHz, yang ditempatkan secara
strategis di
sekeliling bak larutan pembersih. Metode ini mampu
membersihkan
endapan pada permukaan logam yang sulit sekalipun. Sayangnya
metode ini
terlalu mahal untuk membersihkan logam biasa. Umumnya
digunakan untuk
pembersihan perhiasan.
8.2.4. Denganmesin. Metode ini menggunakan mesin yang
menyemprotkan larutan pembersih pada permukaan yang
dibersihkan,
menggabungkan tenaga mekanik dan kimia, sehingga lapisan
kotoran akan
terkelupas. Juga memerlukan biaya tinggi dalam
pemasangannya.
59
8.2.5. Electrocleaning. Dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu direct
cleaning, dengan meletakkan logam yang dibersihkan pada katoda, dan
reverse cleaning, dengan meletakkan logam yang dibersihkan pada anoda.
Elektroda yang digunakan biasanya bersifat inert.
Prinsip kerjanya adalah dengan memanfaatkan gas yang timbul pada
permukaan logam untuk mengelupas lapisan yang kotor. Pada direct
cleaning, gas yang dilepas pada katoda berupa hidrogen. Pada reverse
cleaning, gas yang dilepas pada anoda adalah oksigen.
8.2.6. Electropolishing. Metode ini membuahkan hasil paling
baik
dibanding metode lain. Selain mampu menghilangkan kotoran
berbentuk
partikel padat dan minyak, juga mampu menghilangkan goresan
pada
permukaan logam. Metode ini membutuhkan rak seperti dalam
bak plating,
dengan biaya mahal dan memerlukan perawatan khusus. Waktu
pembersihan sekitar 2 hingga 7 menit, dengan densitas arus
sebesar 5
hingga 40 A/dm2.
8.2.7. Dengan Siraman. Pembersihan dengan penyiraman
menggunakan
air bersih adalah bagian dari setiap metode pembersihan di
atas dan wajib
dilakukan sebelum prosesplating dilakukan.
60
8.3. Pembersihan Secara Mekanis
Selain secara kimia, pembersihan terhadap logam juga
dilakukan
secara mekanik. Pembersihan secara kimia menghilangkan
kotoran dan
noda-noda organik dan inorganik, sedangkan pembersihan secara
mekanik
bertujuan untuk memperoleh permukaan logam yang bagus. Pada
beberapa
logam yang akan dilapisi, tekstur permukaan dapat
mempengaruhi hasil dari
pelapisan. Untuk itu agar didapatkan hasil pelapisan yang
memuaskan,
permukaan logam harus 'dibersihkan' dari goresan, lubang,
dan cacat
permukaan sej eni s.
8.3.1. Selep. Proses penyelepan pada logam bertujuan untuk
meratakan
permukaan yang kasar. Selep berbeda dengan gerinda, dari
prosesnya yang
mana hasil gerinda akan meninggalkan permukaan yang kasar.
Proses
penyelepan dilakukan setelah gerinda dan sebelum pemolesan.
Penyelepan
dapat dilakukan dengan berbagai kertas ampelas (abbrasive).
Selain itu
dapat juga menggunakan kain kanvas, kasa, lakan, atau kulit.
Untuk
membuat pemoles, diperlukan roda yang terbuat dari kain atau
karet plastik,
kemudian kertas ampelas dilem pada permukaannya. Kertas
ampelas yang
baik untuk penyelepan terbuat dari bubuk aluminium oksida
buatan.
8.3.2. Poles. Proses pemolesan pada logam bertujuan untuk
memberikan permukaan yang bersih dan mengkilat. Permukaan
pemoles
biasanya terbuat dari kain lakan yang dilipat, atau dijahit.
Roda untuk
61
memoles Iebih fleksibel daripada untuk selep. Kain poles
diukur
berdasarkan diameter roda polesnya. Semakin tebal diameter kain,
semakin
keras permukaan yang akan dipoles. Kromium oksida digunakan
untuk
memoles stainless steel, kromium dan nikel. Ferri oksida
digunakan untuk
memoles tembaga, kuningan, emas, dan perak. Lime kompon
dapat
digunakan untuk memperoleh permukaan mengkilat baik pada
nikel, dan
aluminium maupun tembaga dan kuningan. Abrasives untuk
memoles
digunakan dalam bentuk batangan tidak berminyak yang
dilekatkan dengan
lem.
9. SPESIFIKASIDAN PENGUJIAN TERHADAP HASIL PLATING
9.1. Spesifikasi
Spesifikasi adalah pernyataan singkat mengenai persyaratan
yang
harus dipenuhi oleh sebuah produk, materi, atau sebuah
proses, yang
menyatakan, bila perlu, prosedur penentu apakah persyaratan
tersebut
dipenuhi atau tidak. Spesifikasi dikeluarkan oleh agen-agen
pemerintah,
perusahaan swasta, dan badan standarisasi nasional, seperti
American
Society of Testing and Materials (ASTM), American National
Standards
Institute (ANSI), Society of Automotive Engineers (SAE),
British Standards
Institute (BSI), Deutsche Industrienormalen (DIN), dan
organisasi
internasional Intemational Standards Organization (ISO).
62
9.1.1. Jenis Spesifikasi. Spesifikasi mempunyai tiga jenis
umum, yaitu
proses, produk dan performa. Spesifikasi proses umumnya
digunakan dalam
intemal perusahaan. Semua petunjuk proses untuk menghasilkan
suatu
produk diciptakan untuk orang-orang yang bekerja dalam
bidang yang
bersangkutan. Spesifikasi produk menyatakan dimensi,
material, dan sifat
yang dimiliki oleh suatu produk. Spesifikasi performa
memberikan detil
mengenai pengujian yang telah dilahii oleh produk untuk
memenuhi
persyaratan tertentu.
9.1.2. Spesifikasi Untuk Metal Fmishing.
Konsensus standar untuk
industri metal fmishing dikeluarkan oleh ASTM. Khusus
untuk bidang
elektroplating, divisi ASTM yang berhubungan langsung adalah
Komite B-
8. Selain spesifikasi Komite B-8 juga memberikan petunjuk
standar
pelaksanaan elektroplating untuk memperoleh hasil yang
tnemuaskan.
Spesifikasi untuk elektroplating dikeluarkan setiap tahun
oleh Komite B-8
untuk merevisi dan memperbarui beberapa ketentuan.
Spesifikasi ini
menyatakan tentang beberapa atribut, antara lain ketebalan,
kelekatan, ruang
lingkup, pencegahan terhadap korosi, tampilan, kualitas
bahan, dan
persyaratan tambahan.
Spesifikasi ketebalan diperlukan untuk menentukan daerah
penggunaan
suatu produk, apakah dapat digunakan heavy duly atau light
duty.
Spesifikasi ketebalan juga mendefinisikan apa yang dimaksud
dengan
heavy duty dan hght duty. Selain itu juga menentukan ketebalan
63
minimum suatu produk serta cara pengujian ketebalan yang
dapat
dilakukan.
Spesifikasi kelekatan berisi mengenai cara menghasilkan
kelekatan
plating yang baik beserta cara pengujiannya.
Spesifikasi ruang lingkup menyatakan kemampuan plating pada
permukaan tertentu serta bagaimana cara untuk melakukan plating
pada
berbagai permukaan benda yang berbeda.
Spesifikasi pencegahan korosi menyatakan langkah-langkah
untuk
menghasilkan/»/ari«g yang tahan korosi serta pengujian
terhadap korosi.
Umumnya pengujian berisi mengenai catatan waktu, berapa lama
daya
tahanplating pada lingkungan yang korosif.
Spesifikasi tampilan berisi mengenai bagaimana menghasilkan plating
yang sesuai dengan keinginan, apakah itu kilap atau tidak,
kasar atau
halus, dan sebagainya. Tidak ada pengujian untuk tampilan,
oleh karena
itu tampilan bergantung sepenuhnya pada selera konsumen dan
keinginan pelaksana.
Spesifikasi bahan menentukan kualitas bahan yang cocok untuk
digunakan agar hasilplating memuaskan. Spesifikasi
bahan memberikan
detil komposisi elektroda yang digunakan untuk plating beserta
cara
penanganan dan persiapan terhadap kedua elektroda yang harus
dilakukan agarplating dapat menghasilkan produk yang
memuaskan.
9.2. Pengujian.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa dalam spesifikasi
juga
disebutkan cara-cara pengujian terhadap suatu kriteria untuk
menentukan
apakah kriteria yang diinginkan terpenuhi atau tidak. Ada
beberapa
pengujian yang dapat dilakukan untuk bebrapa kriteria
tertentu, antara lain
ketebalan plating, kelekatan plating, ketahanan
korosi, kekerasan plating,
kekuatan dan sifat duktilitas plating.
9.3. Pengujian Ketebalan
Ketebalan plating dispesifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu
ketebalan rata-rata dan ketebalan minimum. Ketebalan
rata-rata menyatakan
ketebalan plating di seluruh permukaan bahan yang di-plaiing,
diperlukan
untuk penggunaan produk pada lingkungan tertentu. Ketebalan
minimum
adalah ketebalan yang diuji pada daerah tertentu pada
permukaan logam,
bukan seluruhnya, oleh karena untuk memproduksi plating yang
sifatnya
uniform cukup sulit.
Pengujian ketebalan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
destruktif, semi-destruktif, dan non-destruktif. Pengujian
destruktif
dilakukan hingga baik plating maupun bahan tidak
dapat digunakan lagi.
(contohnya adalah microscopic examination (
pengamatan mikroskopik )),
tidak banyak lagi digunakan oleh karena memakan waktu, dan
hasil yang
diperoleh tidak seakurat yang dulu peraah dipercaya.
Pengujian semi-destruktif dilakukan hingga plating rusak
namun
bahan masih dapat digunakan untuk di-plating ulang.
Pengujian non-destruktif tidak merusak baik plating maupun
bahan.
Metode pengujian non-destruktif menggunakan berbagai
alat-alat tertentu,
yang mempunyai prinsip utama menentukan ketebalan berdasarkan
perubahan sifat antara bahan dan plating, yang dapat
dirasakan oleh
pengukur melalui berbagai cara, diantaranya dengan magnet,
arus eddy,
coulometer; x-ray, dan beta-backscatter. Semua metode pengujian
ketebalan
ini mempunyai akurasi tidak lebih dari 5%. Namun demikian,
hal ini tidak
merupakan batasan yang serius, berdasar pada fakta bahwa
permukaan
bahan dan permukaan plating tidak rata sempurna,
mengukur ketebalan
secara tepat menjadi hal yang tidak mungkin dilakukan.
Beberapa alat pengukur ketebalan tersedia secara komersial
dan
memerlukan kalibrasi tertentu sebelum digunakan (tidak ada
alat pengukur
yang bebas error). Beberapa sebab terjadinya error antara
lain adanya
material asing pada permukaan plating, kesalahan
penggunaan alat,
permukaan plating kasar, penggunaan sensor terlalu
dekat pada permukaan
plating, permukaanplating tidak sesuai dengan alat sensor.
9.3.1. Metode Magnet. Metode magnet digunakan oleh alat Magne-gage,
diciptakan oleh Brenner. Prinsip kerjanya adalah mengukur penurunan
sifat
magnetik antara sensor alat dengan logam bahan yang
disebabkan oleh
adanya lapisan plating non-magnetik diantaranya.
Hasilnya berupa fungsi
dari gaya yang dibutuhkan untuk menarik lepas sensor magnet
dari
spesimen. Alat ini umumnya digunakan untuk logam bahan
berupa besi
yang dilapisi plating yang non-magnetik.
9.3.2. Metode Arus Eddy. Bila suatu kumparan berfrekuensi
tinggi
diposisikan pada suatu spesimen, dengan mengatur frekuensi
tertentu, maka
akan terjadi arus eddy pada logam bahan. Adanya arus eddy
akan mengubah
impedansi dari kumparan sensor. Sifat bahan yang berbeda
antara substrat
dan plating akan mengakibatkan perbedaan arus eddy
dan perubahan
impedansi yang terjadi pada kumparan sensor, yang kemudian
dapat
digunakan untuk mengukur ketebalan lapisan plating. Alat
ini dapat
digunakan baik pada logam substrat magnetik maupun tidak,
juga dapat
untuk mengukur logam plating baik magnetik maupun
tidak, namun
diperlukan kalibrasi berbeda untuk setiap kombinasi substrate-plating
yang
berbeda. Selain itu alat ini sensitif terhadap perubahan
sifat karakteristik
elektris yang dialami oleh bahan disebabkan oleh proses plating.
9.3.3. Metode Beta-Backscatter.
Metode ini menggunakan prinsip kerj a
radiasi sinar beta. Spesimen disorot dengan sinar beta,
kemudian dihitung
partikel beta yang dipantulkan kembali ( back-scattered ).
Perbedaan
material antara substrat dan plating menghasilkan
perbedaan nomor atom
yang akan memberikan perbedaan terhadap banyaknya partikel
beta yang
dipantulkan, dengan demikian sensor penerima partikel beta
akan dapat
67
menentukan ketebalan plating melalui perbedaan
tersebut. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengukuran antara lain adalah nomor atom substrate-
plating, luas permukaan yang diradiasi, ketebalan atau massa per
satuan
luas, dan energi radiasi. Ketelitian alat ini berkisar
hingga ketebalan 2 mm.
9.3.4. Metode Konduktansi. Konduktansi bahan berubah sejalan
dengan
ketebalan bahan. Prinsip inilah yang digunakan oleh metode
konduktansi.
Umumnya metode ini digunakan untuk mengukur ketebalan
lapisan perak
pada stainless steel.
9.3.5. Metode Termoelektris. Prinsipnya mengukur gradien
dari
penyebaran panas spesimen. Metode ini menggunakan probe
panas yang
disentuhkan pada permukaan spesimen, kemudian menggunakan
probe lain
yang disentuhkan pada bagian spesimen yang dingin. Hasil
pengukuran
berupa fiingsi perubahan panas yang diakibatkan oleh
perbedaan material
substrate-plating.
9.3.6. Metode X-Ray. Prinsip yang digunakan sama dengan
metode beta-
backscatter, namuri menggunakan radiasi sinar X.
9.4. Penguj ian Kelekatan Plating.
Selain ketebalan plating, hal kedua yang penting
adalah kelekatan
plating pada substrat. Pengujian kelekatan dibagi menjadi dua jenis,
yaitu
68
secara kualitas dan kuantitas. Pengujian kelekatan cenderung
sulit dilakukan
dan tidak cocok untuk proses industri, melainkan lebih
diperlukan dalam
riset.
9.4.1. Pengujian Kualitatif. Kelekatan sempuma didapat
apabila kekuatan
antar substrate-plating lebih kuat daripada kekuatan
bahan substrat dan
plating masing-masing. Pengujian kualitatif dilakukan untuk
mendeteksi
pelekatan yang tidak sempuraa, sehingga tujuan utama dari
pengujian ini
adalah untuk memisahkan substrat dan lapisan plating-nya.
melalui berbagai
cara, diantaranya pemukulan, penarikan, pembengkokan,
pemanasan,
pemotongan, penyelepan, pengguratan, atau kombinasi dari
hal-hal tersebut.
Bila lapisan plating mengelupas, pecah, atau
terangkat dari substratnya,
maka kelekatannya dianggap tidak sempuma. Pada dasamya pengujian
kelekatan bersifat destruktif, sehingga untuk logam-logam
substrat yang
berharga digunakan spesimen pengganti. Berikut adalah
beberapa pengujian
kualitas kelekatan:
- Pembengkokan. Spesimen dibengkokkan hingga kedua
ujungnya sejajar, jarak antara kedua ujung yang dibengkokkan
umumnya empat kali ketebalan spesimen. Daerah yang bengkok
kemudian diamati dengan pembesaran kurang lebih 4X. Bila
terlihat pecah, maka dapat digunakan pengungkit tipis dan
tajam
untuk mengelupas retakan plating tersebut. Retakan
yang terjadi
tidak berarti kelekatan tidak sempuma kecuali retakan plating
dapat dikelupas. Retakan diakibatkan oleh sifat duktilitas
lapisan
plating.
- Penggosokan. Gosok permukaan spesimen dengan logam tumpul
dan halus selama 15 detik.Tekanan yang diberikan cukup untuk
mengkilapkan permukaan, namun tidak sampai menggerus
lapisan plating. Amati daerah yang digosok, bila
terjadi
pengelupasan maka kelekatan tidak sempuma. Pengujian ini
digunakan untuk lapisan plating yang tebal.
- Pahat. Gunakan pisau pahat untuk membentuk tanda X pada
spesimen. Apabila pada tanda X terjadi pengelupasan maka
kelekatan tidak sempuma.
- Pengikiran. Potong spesimen pada salah satu ujung,
kemudian
amati penampangnya. Gunakan kikir untuk mengikir ujung yang
dipotong membentuk sudut 45° terhadap spesimen ditujukan
untuk mengelupas lapisan pada ujung spesimen. Metode ini
tidak
dapat diaplikasikan untuk lapisan dekoratif yang tipis dan
lapisan
lunak seperti seng.
- Gergaji. Gunakan gergaji untuk memotong separuh tebal
spesimen. Kemudian amati luka potongan pada spesimen untuk
melihat kelekatan yang tidak sempurna. Pengujian ini juga
tidak
cocok untuk lapisanplatmg dekoratif dan lunak.
70
- Benturan. Gunakan palu untuk memukul spesimen hingga
terjadi lekuk pada permukaan atau perubahan pada bentuk
spesimen. Bila pada lekuk perabahan terkikis, maka kelekatan
tidak sempurna.
- Pengelupasan. Gunakan logam lain yang dilekatkan pada
permukaan spesimen, dapat dengan solder, dapat dengan lem
besi, kemudian tarik logam yang dilekatkan 90° vertikal.
Bila
lapisan plating sempurna, maka logam substrat yang
akan
terkoyak, namun lapisanplating tidak akan terkelupas.
- Pemanasan. Spesimen dipanaskan pada suhu tertentu
bergantung dari kombinasi substrate-plating, kemudian
langsung
didinginkan seketika dengan air pada suhu ruangan. Lapisan
plating dapat mengalami dua kemungkinan, semakin melekat
dan terdifusi dengan substrat atau sebaliknya, timbul
gelembung
oksigen yang merupakan tanda kurang melekatnya lapisan
plating.
9.4.2. Pengujian Kuantitatif. Dasar dari pengujian
kuantitatif adalah
untuk mengetahui seberapa besar gaya yang dibutuhkan untuk
mencabut
lapisan plating dari substrat, yang dinyatakan dalam
numerik. Pengujian
kuantitatif relatif sulit dan membutuhkan waktu lama
sehingga tidak banyak
digunakan oleh industri plating, namun banyak
digunakan untuk tujuan
riset. Ada dua metode pengujian kuantitatif yang umum
digunakan, yaitu
Ollard Test dan Direct-Pull Test.
- Ollard
Test. Pada Ollard Test, substrat yang digunakan
berbentuk silinder batang yang terbungkus dengan insulasi
kecuali pada salah satu ujungnya. Pada ujung yang tidak
terbungkus ini kemudian dilakukan proses plating hingga
mencapai ketebalan tertentu dimana diameter daerah yang di-
plating melebihi diameter substrat mula-mula. Kerak plating
akan menumpuk pada batasan insulasi dari substrat.
(o| Subilrat
diisolasi
<b) Diplating
hinggaieba!
(c) bolasi
Jibuka
l Siistral ditekan hingga
plaling lcpas
15
Gambar2.13
Pengujian Dengan Ollard Test
15
Frederick A.Lowenheim. op.cit. p.499.
Substrat batangan ini kemudian dimasukkan dalam pipa yang
mempunyai diameter yang besamya cukup untuk dimasuki oleh
batang substrat, tetapi tidak lebih besar dari itu.
Karena tebal lapisan plating melebihi diameter
substrat, maka
ujung batangan akan tertahan oleh pipa. Pengujian dilakukan
dengan memaksa batang substrat melalui pipa hingga
mengakibatkan tercabutnya lapisanplating pada salah
satu ujung
substrat.
Direct-Pull Test. Metode ini sama dengan metode pengelupasan
pada pengujian kualitatif. Pengujian dilakukan dengan
melekatkan sebuah logam pada spesimen, kemudian ditarik 90°
vertikal terhadap posisi substrat. Metode ini biasanya
menggunakan logam cobalt. Bila lapisan plating terpisah
maka
kelekatan jelek, bila substrat yang terkoyak, maka lapisanplating
bagus, dan gaya yang dibutuhkan diambil nilainya.
73
,-Stop-off tocquer
Coofing^
--Plastc washer
(0)
Coatimj
fd)
kelek.«an b.«k
Kelekatan bnruk
(f)
,16
Direct Pull Test
9 5. Korosi
Yang dimaksud dengan korosi adalah hasil reaksi dari suatu
logam
dengan zat non-logam di sekitamya. Logam mula-mula diekstrak
dari perut
bumi dalam bentuk stabil yang telah terbentuk jutaan tahun,
sehingga tidak
bereaksi dengan lmgkimgannya. Saat logam tersebut mulai
dimurnikan,
maka logam tersebut akan menjadi tidak stabil, lalu
cenderung bereaksi
terhadap zat-zat di lingkungan sekitarnya.
16
Ibid.
Pengendalian korosi dilakukan untuk mencegah atau
memperlambat
reaksi dari logam terhadap zat-zat di sekitarnya.
Pengendalian korosi dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu pengendalian
lingkungan,
pengendalian sifat alami logam, dan pengendalian sifat alami
reaksi antar
keduanya.
Pengendalian lingkungan dilakukan dengan menghilangkan
zat-zat
penimbul korosi seperti oksigen, kelembaban, debu, dan gas
yang
mengandung belerang.
Pengendalian sifat alami logam dilakukan dengan memilih
logam
yang tahan korosi terhadap lingkungan tempatnya digunakan.
Perlindungan
katodik pada pipa dan beberapa alat bangunan lain adalah
contoh dari
pengendalian sifat alami logam yang dilakukan melalui
pemberian potensial
lebih katodik dibanding logam asalnya.
Pengendalian sifat antara sifat alami logam dan
lingkungannya
dilakukan salah satunya melalui elektroplating, baik secara
logatn maupun
non-logam. Tujuan utama dari elektroplating adalah
memisahkan logam
dasar, yang dapat mengalami korosi pada lingkungan tempatnya
digunakan,
dari lingkungan tersebut dengan menggunakan logam yang tahan
terhadap
kondisi lingkungan tersebut. Dalam elektroplating, pemberian
plating ini
disebut dengan Protective Coatings (lapisan
pelindung).
Korosi dibagi menjadi dua jenis, yaitu korosi kering dan
korosi
basah. Korosi kering didefinisikan sebagai kombinasi
langsung antara
logam dengan elemen non-logam. Contohnya seperti reaksi
oksidasi dan
sulfidasi. Korosi basah didefinisikan sebagai reaksi
larutnya logam dalam
cairan dan terkombinasi dengan elemen non-logam membentuk
zat korosi.
sumbernya darimana ya pak?
BalasHapusTerima jasa Plating, Tin Plating, Gold, Chrome plating, dll
BalasHapuskunjungi http://apindoelektroplating.com
Ya...proses tersebut sangat berguna untuk Baja dilapisi seng untuk mencegah kosori
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Jasa Penulis Artikel jual kardus bekas Natrium cair yang terbentuk di katode mengapung diatas lelehan Natrium Klorida, selanjutnya dikumpulkan pada kolektor.
BalasHapusDewasa ini, penggunaan yang semakin penting dari Natrium dalah sebagai cairan pendingin (coolant) pada reaktor nuklir. Selain itu, karena merupakan reduktor kuat, Natrium digunakan pada pengolahan logam-logam tertentu seperti Litium, Kalium, Zirkonium, dan logam alkali yang berat. Natrium juga digunakan untuk membuat senyawa natrium yang tidak dapat dibuat dari Natrium Klorida, seperti Natrium Peroksida (Na2O2). Natrium digunakan dalam lampu Natrium yang banyak digunakan sebagai penerangan jalan raya.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu :
BalasHapusLogam berat esensial, yaitu : logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya.
Logam berat tidak esensial, yaitu : logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Cr, dan lain-lain. pabrik Penerima Limbah Kardus jasa penulis artikel